WWF-Indonesia


Restoran Bandar Jakarta

Restoran Bandar Djakarta Group adalah salah satu restoran seafood terbesar di Indonesia. Restoran yang berpusat di Kawasan Taman Impian Jaya Ancol ini pernah menjual menu hiu sejak tahun 2001

 

Restoran yang berpusat di Kawasan Taman Impian Jaya Ancol ini pernah menjual menu hiu sejak tahun 2001 hingga tahun 2014, bahkan memelihara beberapa ekor hiu hidup sebagai display untuk mempercantik restoran. Namun, sejak memahami bahwa peran hiu di alam sangatlah penting, khususnya terhadap jumlah populasi ikan dan biota laut lainnya. Sebagai restoran penyedia makanan laut, hal ini menjadi konsentrasi tersendiri bagi Bandar Djakarta karena dapat berpengaruh pada keberlanjutan bisnis mereka. Pada Mei 2018, Bandar Djakarta berkomitmen untuk tidak lagi menjual produk hiu dan produk turunannya, serta mau mengedukasi pelanggan setia mereka tentang betapa pentingnya peran hiu di laut.

 

Sektor bisnis dalam rantai perdagangan hiu di Indonesia memiliki peran penting sebagai pemenuh kebutuhan permintaan komsumsi hiu. Nelayan tidak akan berhenti menangkap hiu baik secara sengaja ataupun tidak, bila masih ada perusahaan yang menerima hasil tangkapan tersebut hingga akhirnya sampai ke konsumen setelah dijual melalui pasar domestik atau pun ekspor.

 

WWF-Indonesia sejak tahun 2013 telah mengkampanyekan melalui tagar #SOSharks di media sosial. Hingga saat ini, 14 dari 24 restoran di Jakarta yang menyajikan hiu sudah tidak lagi menyediakan sajian berbahan dasar spesies tersebut. Keberhasilan ini bukan hanya kerja keras WWF-Indonesia, melainkan peran serta masyarakat pengguna media sosial dan para pecinta kuliner hiu yang memustuskan untuk berhenti mengkonsumsinya.

 

Sebagai tindak lanjut dari kampanye tersebut, tahun 2017 WWF-Indonesia kembali mengangkat kampanye #SOSharks dan menargetkan sektor perdagangan hotel, restoran dan kargo yang memiliki kebijakan internal perusahaan mengenai penolakan hiu dan produk turunannya dalam bisnis melalui Mitra Kampanye #SOSharks.

 

Restoran Bandar Djakarta Group sebagai salah satu restoran seafood terbesar di Indonesia Sabtu, 12 Mei 2018 yang lalu telah menyelesaikan rangkaian acara dalam pendeklarasian komitmennya kepada publik bahwa bisnis mereka bersih dari hiu. Melalui program kampanye #SaveOurSharks yang diinisiasi oleh mereka sendiri, Bandar Djakarta turut berkontribusi nyata demi hiu yang lestari melalui penjualan menu khusus yang dibuat untuk kampanye ini dan berlaku di seluruh cabangnya, yang berada di Ancol, Bekasi, Pluit, dan Alam Sutera.

 

Menurut Shandra Januar, Bussiness Development Manager Bandar Djakarta, restoran yang berpusat di Kawasan Taman Impian Jaya Ancol ini pernah menjual menu hiu sejak tahun 2001 hingga tahun 2014, bahkan memelihara beberapa ekor hiu hidup sebagai display untuk mempercantik restoran. Namun, ternyata stok hiu dari supplier dan pelelangan ikan semakin menurun setiap tahunnya, jumlah penjualannya pun tidak signifikan. Setelah memutuskan berhenti menjual, Restoran Bandar Djakarta memahami bahwa peran hiu di alam sangatlah penting, khususnya terhadap jumlah populasi ikan dan biota laut lainnya. Sebagai restoran penyedia makanan laut, hal ini menjadi konsentrasi tersendiri bagi Bandar Djakarta karena dapat berpengaruh pada keberlanjutan bisnis mereka.

 

WWF-Indonesia mengapresiasi komitmen Bandar Djakarta, karena telah mempelopori aksi nyata pelestarian hiu dari bidang industri sejenisnya. Disamping mengumpulkan donasi untuk praktik pelestarian hiu di alam, Bandar Djakarta juga mengedukasi pelanggan setia restoran dengan menghadirkan Dwi Ariyogagautama, Bycatch and Sharks Conservation Program Coordinator WWF-Indonesia dalam acara yang bertajuk “Hiu, di Laut atau di Mangkuk?”. Acara ini dilaksanakan di seluruh cabang Bandar Djakarta, dimana Yoga, begitu sapaan akrabnya, menyampaikan status terkini hiu di Indonesia dan peran pengusaha dalam perdagangan hiu global dan di Indonesia.

 

“Kami sangat mengapresiasi komitmen Bandar Djakarta Group, dan diharapkan dapat diteladani oleh pebisnis yang lain. Karena, dengan meningkatnya kesadaran dari pihak pengusaha dan pebisnis kita dapat memutus rantai perdagangan hiu yang hingga kini masih menjadi tantangan utama kelestarian hiu di Indonesia. Selain itu, sebagai konsumen kita juga harus memilih untuk tidak mengkonsumsi hiu”, jelas Yoga.

 

Hingga 2014, Indonesia masih menjadi negara produsen hiu terbesar di dunia dengan kontribusi sebesar 16,8 persen dari total tangkapan dunia. Dengan tidak mengkonsumsi hiu, dan menolak produk hiu dalam bisnis, artinya kita turut menutup salah satu pintu perdagangan dan pemanfaatan hiu.



Mohon Tunggu....