WWF-Indonesia


Perubahan Iklim: Bagaimana Hiu Berperan dan Terdampak Darinya?

01 Maret 2023

Oleh Ivan Nicholas dan Rahvania Salsabila


Fenomena perubahan iklim yang telah terjadi sejak era 1800-an kini dampaknya semakin terasa

Fenomena perubahan iklim yang telah terjadi sejak era 1800-an kini dampaknya semakin terasa. Mulai dari penurunan ketersediaan air bersih, perubahan cuaca yang ekstrim, kekeringan dan kebakaran hutan, hingga perubahan kondisi di laut. Hal ini memiliki pengaruh yang sangat besar bagi manusia dan alam di sekitarnya. 

 

Ekosistem laut selama ini telah membantu manusia dengan menyerap lebih dari 90% panas yang diterima oleh permukaan bumi dan 25% dari emisi karbon. Sayangnya, akibat perubahan iklim, laut mengalami peningkatan suhu, peningkatan jumlah kandungan karbon, dan penurunan kadar oksigen yang dapat berdampak pada penurunan tingkat pertumbuhan spesies laut. Hal ini juga berdampak pada mahkluk hidup di laut seperti terjadinya pergeseran distribusi populasi, perubahan jalur dan pola migrasi, perubahan perilaku, serta penurunan habitat dan populasi (NOAA Fisheries, 2021).

 

Hiu, yang memilki berbagai peran penting untuk menjaga keseimbangan ekosistem laut, juga cukup rentan terhadap dampak perubahan iklim. Hiu memiliki keanekaragaman yang tinggi dan memiliki peran yang berbeda-beda mengikuti ekosistem habitatnya dan tahapan hidupnya. Pada hiu macan (Galeocerdo curvier) dewasa, peneliti menemukan bahwa jenis hiu predator puncak seperti Hiu Macan saat dewasa menjaga keseimbangan rantai makan dan ekosistem dengan menjaga populasi spesies laut herbivora pemakan lamun seperti dugong dan penyu. 

 

Kelestarian populasi dugong dan penyu ini berperan untuk mencegah terjadinya overgrazing sehingga tutupan padang lamun yang ada terjaga dalam jumlah yang sehat. Overgrazing terjadi ketika tumbuhan terpapar herbivora dengan intensitas tinggi dan waktu yang lama, tanpa adanya periode pemulihan yang cukup. Hal ini dapat mendorong terjadinya kaskade trofik atau ketidakseimbangan rantai makanan dalam ekosistem yang memaksa organisme yang berperan didalamnya berubah perilaku dan tidak dapat menyediakan peran pentingnya di ekosistem (Chin, 2018). 

 

Tutupan padang lamun yang padat memiliki peran penting terhadap ketahanan perubahan iklim karena kapasitasnya yang luar biasa untuk menangkap lebih banyak karbon dari atmosfer, yang mana 35% lebih cepat jika dibandingkan dengan hutan hujan. Bukan hanya itu, padang lamun juga menyediakan makanan, perlindungan dan habitat pengasuhan penting bagi banyak spesies ikan dan invertebrata yang hidup di dalam komunitasnya. Tanpa adanya hiu macan sebagai predator puncak, ekosistem padang lamun yang sehat akan terganggu dan tidak dapat  menyediakan fungsi pentingnya bagi banyak organisme yang bergantung kepadanya (Hirschlag, 2021; Chin, 2018).

 

Perubahan yang dihasilkan seperti kenaikan suhu laut, asidifikasi/pengasaman air laut, degradasi habitat dan penurunan ketersediaan mangsa memiliki potensi untuk mengurangi kesesuaian habitat. Faktor-faktor ini akan mengakibatkan hiu dan pari merubah pola migrasi untuk mencari habitat yang lebih sesuai, penurunan viabilitas dan meningkatkan kesulitan dalam memulihkan populasi. Studi menemukan bahwa perubahan iklim dapat menyebabkan gangguan indera sensorik jenis elasmobranchii yang memaksa spesies hiu dan pari untuk mengandalkan indera lainnya. Selain itu, perubahan juga terjadi pada anakan hiu yang baru lahir, yang pada kondisi tertentu akan menyebabkan penurunan fungsi otak atau motorik sehingga kesempatan bertahan hidup mereka di alam liar akan menurun (Kuerschner, 2021).

 

Beberapa spesies hiu seperti hiu macan (Galeocerdo cuvier) juga memiliki potensi untuk mengalami perubahan distribusi populasi dan migrasi akibat perubahan iklim. Dalam waktu 40 tahun terakhir, distribusi populasi hiu ditemukan berpindah ke arah utara akibat kenaikan suhu air laut. Migrasi pada 10 tahun terakhir juga menunjukkan lebih banyak hiu yang berpindah ke arah kutub, bahkan sebelum musim migrasi tahunan (Hammerchlag et al., 2022).

 

Menjaga populasi hiu yang sehat juga merupakan salah satu hal penting yang dapat dilakukan untuk memerangi perubahan iklim. Yayasan WWF Indonesia terus mendorong advokasi untuk mempromosikan green city untuk mengurangi konsumsi energi yang dapat meningkatkan emisi karbon dengan dan menggantinya dengan sumber daya lokal yang terbaharukan seperti tenaga surya, air, panas bumi, dan lain-lain. Ada juga program Plastic Free Ocean Network (PFON) yang mengajak masyarakat pesisir untuk memitigasi bahaya sampah plastik bagi laut dan penerapan 3R (reduce, reuse, recycle), serta terutama kampanye #SOSharks sebagai upaya untuk memerangi tingginya konsumsi hiu yang mengakibatkan penangkapan berlebih.

 

Ada banyak hal lain yang dapat dilakukan untuk melawan perubahan iklim dan membantu pelestarian hiu, yaitu dengan menggunakan kendaraan umum atau kendaraan pribadi yang ramah lingkungan, mengurangi penggunaan pendingin ruangan, menghindari penggunaan bahan plastik sekali pakai, dan tidak berkontribusi dalam perdagangan hiu dalam bentuk apapun (sup sirip hiu, souvenir berbahan dasar hiu, penangkapan berlebih.  Mari berkontribusi untuk menjaga kelestarian hiu dan pari!









Artikel ini telah dilihat sebanyak 1002 kali



Please share this page

Berita



Fenomena perubahan iklim yang telah terjadi sejak era 1800-an kini dampaknya semakin terasa



Hiu juga dikenal sebagai predator puncak (apex predator) di laut yang berfungsi menjaga keseimbangan ekosistem laut



Bertepatan dengan Shark Awareness Day, WWF-Indonesia menyelenggarakan diskusi daring #SharksonTuesDay






Mohon Tunggu....