WWF-Indonesia


Sharks Awareness Day 2020: Ajak Anak Muda Lestarikan Hiu dan Pari

01 Maret 2023

Oleh Ranny R. Yuneni


Bertepatan dengan Shark Awareness Day, WWF-Indonesia menyelenggarakan diskusi daring #SharksonTuesDay

Sebagai negara kepulauan, Indonesia memiliki kekayaan keanekaragaman hayati laut yang tinggi, di mana semua biota yang ada di dalamnya menjalankan peran ekologisnya masing-masing untuk menopang keberlangsungan kehidupan Bumi ini, termasuk hidup kita—manusia. Salah satu biota laut yang penting dalam kesehatan laut adalah hiu. Dalam ekosistem laut, hiu berperan sebagai pengendali populasi, menjaga kesehatan laut, memberikan nutrisi bagi mikroorganisme seperti ganggang dan plankton, hingga berperan melawan perubahan iklim dengan menjadi “pengawas” di padang lamun, agar pertumbuhan lamun tetap padat dan dapat menyerap karbondioksida dengan efektif.

 

Bertepatan dengan Shark Awareness Day pada tanggal 14 Juli 2020, WWF-Indonesia menyelenggarakan diskusi daring #SharksonTuesDay bertajuk “Anak Muda Urus Hiu: Cerita Hiu dari Hulu ke Hilir”. Diskusi ini diikuti oleh lebih dari 250 peserta dari berbagai kalangan, mulai dari pemerintah, swasta, komunitas, maupun pelajar dari berbagai kota di Indonesia.

 

Sebagaimana judulnya, diskusi kali ini menghadirkan anak-anak muda Indonesia yang berkontribusi dalam upaya pelestarian hiu sebagai narasumber di antaranya adalah Demas Derian Siahaan dari Konservasi Keanekaragaman Hayati Laut, Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia, dan Andhika P. Prasetyo dari Pusat Riset Perikanan Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia. Diskusi ini juga dipandu oleh Ranny R. Yuneni, Sharks and Rays Conservation Specialist WWF-Indonesia. Ranny sendiri adalah perempuan muda yang telah melakukan beberapa riset yang menunjukkan bagaimana kondisi terkini hiu dan pari di Indonesia, serta menampilkan program-program yang tengah diusung guna endukung kegiatan konservasi hiu di Indonesia.

 

Sesi presentasi pertama dibuka dengan materi dari Demas Derian, seorang anak muda yang sedang menempuh Pendidikan di International University of Andalicia dengan fokus terkait Frameworks on CITES dan tengah melakukan riset hiu tentang peredaran pemanfaatan hiu dan pari. Demas menyampaikan tentang bagaimana stigma masyarakat tentang hiu, dan konservasi hiu yang dilakukan di Indonesia. “Hingga saat ini, hiu dan pari masih dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan ekonomi masyarakat pesisir. Tentu pengendalian tetap dilakukan agar populasi hiu dan pari terjaga dan fungsi ekologisnya tidak hilang dari ekosistem laut,” ucap Demas dalam sesinya. Demas juga menyampaikan bahwa upaya konservasi yang dilakukan saat ini bertujuan untuk menciptakan kondisi keanekaragaman hayati, khususnya hiu dan pari, dapat hidup berdampingan dengan manusia, di mana manusia bisa memanfaatkan hiu secara bijak, dan kelestarian hiu tetap terjaga. 

 

Acara dilanjutkan dengan presentasi dari Andhika. Andhika adalah pemuda Indonesia yang sedang menuntut ilmu di University of Salford. Dalam sesinya, Andhika bercerita tentang riset yang dia lakukan dan berkontribusi dalam pengurangan perdagangan ilegal spesies hiu yang dilindungi baik secara penuh maupun terbatas sebagaimana yang tertera dalam peraturan dan hukum yang ada di Indonesia, dan Daftar Appendix CITES (sebuah perjanjian internasional yang mengatur tentang perdagangan flora dan fauna). Dalam presentasinya, Andhika menuturkan berbagai tantangan dalam mengatasi masalah perdagangan ilegal hiu dilindungi. “Saat ini, penelitian tentang data terkait bycatch (tangkapan sampingan) dan traceability (keterlacakan). Di sinilah peran anak muda untuk saling berkolaborasi antar-pemangku-kepentingan sesuai dengan bidang keiluan masing-masing sangat penting. Selain itu, memperkuat pendataan juga menjadi dasar yang perlu diperhatikan,” ucap Andhika. Andhika menutup sesi diskusinya dengan pernyataan bahwa banyak hal yang dapat dilakukan generasi muda untuk berkontribusi dalam upaya pelestarian hiu, pari, dan laut Indonesia, misalnya dengan membuat infografis berisi informasi tentang hiu dan membagikannya melalui sosial media. Anak muda juga dapat melakukan riset kecil berupa citizen science sehingga proses pertukaran informasi terus terjadi, agar kepedulian masyarakat terhadap keberlangsungan hidup hiu dan pari semakin meningkat.

 

Banyaknya anak muda yang mengikuti dan berpartisipasi aktif dalam diskusi Sharks Day on Tuesday kali ini semakin menunjukkan bahwa minat generasi muda akan upaya pelestarian hiu dan pari cukup tinggi. Hal ini menjadi langkah awal yang membawa harapan baik untuk kelestarian hiu dan pari di Indonesia.

 

Ada banyak sekali hal yang bisa dilakukan oleh generasi muda untuk memberikan harapan bagi masa depan laut dan seluruh biota di dalamnya. Kita dapat mempelajari dan mencari pengetahuan yang lebih terkait hiu dan pari dan membagikan informasi serta pengetahuan yang kita punya kepada orang-orang di sekitar kita. Mari bersama kita saling bahu membahu berkontribusi untuk membawa laut dan kehidupan manusia ke masa depan yang lebih cerah.









Artikel ini telah dilihat sebanyak 883 kali



Please share this page

Berita



Rayakan Imlek di Tahun Naga tanpa SIRIP HIU.



Fenomena perubahan iklim yang telah terjadi sejak era 1800-an kini dampaknya semakin terasa



Hiu juga dikenal sebagai predator puncak (apex predator) di laut yang berfungsi menjaga keseimbangan ekosistem laut






Mohon Tunggu....